“Miss
Chelie ! apa-apaan ini ! jawabanmu banyak yang salah ! jika murid lain
jawabannya salah masih wajar, tapi kau, dengan tampang geek begini kau
harusnya seorang kutu buku, jadi kenapa banyak yang salah” si kumis tebal Bon
itu memarahi seorang siswi dengan penampilan kutu buku yang duduk di depan
sambil melempar kertas jawaban siswi itu di mejanya yang sedang tertunduk malu.
“Buahahahaha...!”
hampir satu kelas tertawa dengan perkataan si tua bangka kepada siswi itu, siswi
tambah tertunduk. Aku yang duduk di barisan kedua, bagian belakang, hanya
memandangi pemandangan di depanku dengan tampang datar.
“Oi
Clara, jadi ? kau atau aku yang tidur ?” tanya Rex yang duduk di belakangku
yang sedang melipat kertas jawabannya menjadi pesawat kertas.
“Aku
saja, tidurku cepat terlelapnya, lagi pula dudukku lebih di depan darimu, lebih
cepat pembalasannya lebih baik” jawabku, kemudian menyamankan kepala diatas
meja di topang tangan yang terlipat, tak sampai menit, kesadaranku lenyap.
“Miss
Violeta !”
Aku
merasa sebuah goncangan yang keras, tidak lama kemudian tanah tempat ku
berpijak runtuh dan...
“Ng....”
gumamku sambil membuka mata, pandangan ku kabur dan dapat kurasakan tempatku
merebahkan kepala bergetar.
“Selamat
pagi dunia...” goda Rex dari berada di belakang ku dengan bisikan, dapat
kulihat cengiran bodohnya sedang terpampang.
“Miss
Violeta Clara ! jika kau bosan dengan pelajaran ku kenapa kau masuk ?!” geram
guru berkumis tebal di hadapanku dengan bersidekap dada.
“Ngng...maaf
Mr, aku ketiduran, ngan hoaaaaam...ngantuk” gumamku sambil merentangkan tangan
di udara, merengangkan badan kemudian bersandar santai dibangku dengan kepala
miring dan mata sayu, ngantuk.
Kamarahan
si guru kumis tebal itu nampaknya telah sampai ubun-ubun, seluruh wajahnya
merah padam.
“Grrr....Violeta
Clara ! keluar kau dari kelas ku !” usirnya.
“Ha`i
ha`i, tidak perlu marah-marah begitu, padahal kan tadi aku tidak tidur nyenyak
karena ocehan Mr yang berisik plus panjang sepanjang tali jemuran, mending tidur
di Uks” kataku santai, berjalan keluar kelas dengan langkah malas dan kedua
tangan terlipat di belakang kepala. Mendengar jawabanku murid-murid lainnya
berusaha mati-matian menahan tawa, lain halnya dengan Rex yang tawanya pecah
tak tangung-tangung.
Diam-diam
smirk ku naik ke permukaan.
Hei kumis tebal,
bagaimana rasanya di permalukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kalo komentar yang sopan yah
Jangan iklankan link-link berbau dewasa, di larang !
Jangan gunakan bahasa yang tarlalu gahul -_-
Sekian m-,-)m